Senin, 09 Juli 2012

Harta terindah: anugerah terindah

Harta terindah: anugerah terindah: Embun yang berjatuhan tampak di sekitar jendelaku, angin berhembus dari jendela seakan membangunkankanku dari lelapku. Kuterbangun dan me...

Senin, 28 Mei 2012

anugerah terindah

Embun yang berjatuhan tampak di sekitar jendelaku, angin berhembus dari jendela seakan membangunkankanku dari lelapku. Kuterbangun dan melihat jam sudah menunjukan pukul 06.30 WIB aku pun bergegas menyusuri  kama yang dipenuhi dengan air yang begitu dingin, melihat waktu terus berjalan aku pun segera siap- siap untuk berangkat sekolah, sayangnya aku hanya berangkat seorang diri menyusuri jalan setapak ditemani hilir sungai yang mengalir. Tak lama kemudian aku sampai di sekolahku, melihat gerbang akan ditutup agar tidak terlambat aku pun berlari sekencang mungkin agar tidak terlambat masuk sekolah. Ternyata usahaku  percuma gerbang sudah ditutup aku pun termenung untuk mencari solusi agar aku dapat masuk ke dalam sekolah. Lamanya aku berfikir akhirnya Pak satpam menghampiriku dan bertanya “Kenapa kamu bisa terlambat?” aku pun menjawab “aku berangkat dari sekolahnya jalan kaki mungkin aku bisa terlambat”, “ah .. alasan bapak tidak akan mengizinkanmu masuk” jawab Pak satpam kesal. Menunggu terus menerus itulah kegiatanku saat ini namun tiba- tiba ada seorang wanita yang menggunakan mobil menghampiriku “kenapa loe disini nyari sumbangan? Kamseupay loe” tanyanya sambil mengejekku, “apa kamu bilang aku disini karena menunggu Pak satpam membukakan gerbang untukku” jawabku kesal. Pak satpam bertanya kepada cewek sombong itu “kenapa kamu terlambat?”, “maaf Pak satpam tadi macet soalnya, izinkan aku masuk ya pak” jawabnya dengan muka polos sembari menyodorkan selembar uang ke Pak satpam  “oh silahkan masuk!” jawab pak satpam. Dari percakapan Pak satpam dan cewek sombong terlihat seorang guru yang mempergokinya dan menegur Pak satpam tersebut. Guru menyuruh kami untuk membersihkan lapangan sekolah, aku pun jalani hukuman ini dengan penuh semangat namun nampaknya cewek sombong itu tak mau menjalankan hukumannya dan menyuruhku untuk menyelesaikan hukumannya. Akupun berkata “kamu punya tangan gak? Kalo punya bersihin sendiri donk jangan nyuruh orang seenaknya iapun menjawab “eh .. elo berani ama gue awas ya loe terima pembalasan gue nanti”. Aku menghiraukan omongannya dan untung saja hukumanku sudah terselesaikan. Arah kaki ini menuju ruang guru untuk memberitahukan bahwa hukumanku sudah selesai, gurupun mengizinkanku untuk masuk kelas. Setibanya aku di kelas tenyata aku bertemu dengan cewek sombong itu dan orang- orang memanggilnya dengan sebutan “Sheylin”.
Dengan santainya aku memasuki kelas, ternyata perilaku ini membuat Sheylin kesal tapi aku tak mempedulikannya sama sekali, ia pun melihatku dengan tajamnya dan mencoba untuk menamparku untung saja bel masuk pun berbunyi. “Dewi” temanku memanggilku dan aku menjawab “iya”, “kenapa kamu Nampak bermusuhan dengan Sheylin?” tanyanya kepadaku “dia yang memusuhiku duluan bukannya aku, tapi aku gak peduli” jawabku kesal “kamu gak nyesel? Sheylinkan anak kepala sekolah bisa- bisa kamu dikeluarkan dari sekolah ini” kata temanku menakutiku “aku tak peduli yang penting aku belajar ini bayarkan” jawabku menentang, “yah itu sih terserah kamu, tapi hati- hati ya dengan Sheylin, dia pendendam loh” kata temanku, “oh gitu ya makasih ya aku akan hati- hati ko”jawabku, “iya sama- sama” kata temanku.


Lamanya waktu berlalu jam pulang pun berbunyi, seperti biasanya aku pulang sekolah jalan kaki seorang diri. Panasnya matahari seakan mengikuti langkahku, tibanya di pertengahan jalan ada sheylin yang sedang mengendarai mobil lalu mobil itu seakan sengaja menginjak kubangan air bekas hujan tadi pagi ternyata aku tersiram tetapi aku tidak kesal ataupun marah karena rasa gerahku ini berkurang walaupun itu air kubangan. Kaki demi kaki kulangkahkan untuk sampai ke rumahku. Suasana sepi, hening di rumahku seakan menggambarkan suasana hatiku ini yang kesepian akan kehadiran orang tuaku. Kehidupan yang kujalani seakan membosankan, hampa tanpa tanpa kehadiran orang tuaku, mereka hanya mempedulikan urusannya masing- masing dan tak pernah mempedulikanku, tapi aku tak mudah putus asa karena idolaku yang bernama Stefan dan Donghae ‘suju’ pernah berkata bahwa “kita dalam menghadapi cobaan seberat apapun tetaplah tersenyum dan jangan putus asa untuk mewujudkan impianmu”, walaupun perkatan tersebut hanya lewat televise tapi seakan perkataan itu menjadi penyemangatku untuk tetap tabah dalam menghadapi cobaan.
Rgf.jpegMendengar adzan magrib berkumandang akupun segera menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan ibadah sholat magrib, di setiap doaku selalu kulantunkan agar orang tuaku berada di sampingku setiap harinya tapi mungkin itu hanya impian yang tak akan pernah terwujud. Menangis dalam hati seakan mengiris hatiku yang kelam ini. Hilir angi berhembus kepadaku dan aku pun mulai lelah dan menuju kamarku untuk beristirahat. Lelapku di temani dengan impian yang selau ku inginkan setiap harinya. Adzan shubuh berkumandang seakan membangunkanku dari tidurku, seperti biasa ku selalu melakukan sembahyang shubuh. Seusainya sembahyang aku melihat kalendar ternyata menandakan libur sekolah selama dua minggu tetapi aku melihat jumlah uang di tabunganku yang semakin hari kian menipis yang memaksaku untuk bekerja sampingan selama libur panjang ini. Senyuman yang indah ku awali untuk hari yang baik mencari pekerjaan, sudah banyak waktu yang ku lewati hingga akhirnya aku pun menuju kaffe untuk melepas dahaga ini. Ternyata aku melihat bahwa ada lowongan pekerjaan di kaffe ini, lalu aku segera melamar pekerjaan dan untungnya aku diterima walaupun hanya sebagai pelayan. Kemudian aku ganti pakaian pelayan dan bekerja layaknya pelayan kaffe. Dengan riangnya aku bekerja dan sepenuh hati aku jalani, namun terdengarlah seorang tangisan wanita yang tersedu- sedu lalu aku penasaran dan mengarah ke asal suara tangisan itu, yang mengagetkanku ternyata yang menangis itu Sheylin ‘cewek sombong di sekolahku’ akupun duduk di sampingnya.                         
Dewi (aku)  : “Kenapa kamu menangis? Apakah ada masalah?”                                                              Sheylin        : “Ngapain loe di sini?, pergi loe sana bukan urusan loe juga kan kalo gue punya                                                                masalah”                                                                                                                                         Dewi            : “Aku di sini hanya ingin menenagkanmu saja, dan ceritakanlah masalahmu ini padaku kan kita teman sekelas”                                                                                                                    Sheylin        : “Gue gak percaya am aloe, loe kan musuh gue”                                                          

Dewi            : “Siapa yang menganggapmu musuh kamu saja yang menganggapku musuh kamu sudahlah aku gak akan certain masalahmu ini kesiapapun, asalkan kamu lega aku bisa jadi pendengar yang baik”                                                                                                                                   Sheylin        : (termenung) “Gue mau certain sama loe sebenarnya gue itu kesepian akan kehadiran orang tuaku mereka tidak begitu memperhatikanku dan sibuk dengan urusannya masing- masing”                                                                                                                                               Dewi            : Ceritanya begitu sama dengan ku (ucapku dalam hati)
            Setelah berapa lama Sheylin bercerita padaku aku berusaha untuk menyemangatinya dan menghiburnya. Waktu semakin berlalu matahari pun tertutupi oleh senja seakan memaksaku untuk pulang ke rumah, namun dari belakang Sheylin memegang tanganku dan ia berkata “Kau memang teman baik ku, maukah kamu jadi sahabatku?”, aku pun menjawab “Benarkah? Iya aku mau jadi sahabatmu”. Kita selalu bersama setiap harinya dan tak di sangka ternyata Sheylin melamar pekerjaan pelayan sama sepertiku. Semakin lamanya kita berteman membuat Sheylin berubah sifatnya menjadi seorang yang sangat peduli terhadap orang lain dan lebih mandiri. Melihat sikap Sheylin yang berubah menjadi lebih baik orang tuannya menjadi lebih simpati kepadanya. Sungguh beruntungnya Sheylin mempunyai orang tua yang mempedulikannya berbeda jauh denganku. Rasa lelah menyertaiku saat ini seakan gelap dan aku pun terjatuh pingsan saat bekerja. Tak lama kemudian Sheylin pun segera membawa ku ke rumah sakit terdekat. Lelapku seakan gelap tak ada cahaya yang menghiasi dalam hatiku ini merasakan kerinduan kehadiran orang tuaku.



Setelah beberapa hari di rumah sakit aku pun terbangun dan melihat Sheylin yang menemaniku, hati ini tak merasa kesepian karena Sheylin membuatku semakin ingin sembuh kembali. Namun di balik itu aku merasakan kesedihan yang mendalam dan aku mengeluarkan photo keluargaku yang berada di tas ku, kemudian aku peluk erat dengan seiringnya menutup mataku ini. Dalam tidurku seakan gelap tak ada cahaya sedikit punyang ada hanya kegelapan semata, terbayang masa- masa yang sangat indah di mana aku berada dengan orang tuaku yang sangat menyayangiku, dan selalu menjagaku kini sudah hilang terhempas entah kemana sehingga detak jantung ini seakan ingin berhenti. Terbaring lemah yang kurasakan saat ini tak kunjung sembuh. Terdengar seorang wanita menyanikan sebuah lagu di sisiku dan memegang erat tanganku, namun ia melihat sebuah photo keluargaku lalu mengambilnya dan memberitahukan kepada ayahnya mengenai photo keluargaku  setelah melihat photo tersebut ayahnya mengingat bahwa ayahku adalah teman dekatnya, ayahnya Sheylin segera pergi dan menghampiri ayahku lalu menceritakan kejadian yang selama ini ku alami. Mendengar cerita dari ayahnya Sheylin ayahku pun segera menelfon ibuku untuk pergi menengokku di rumah sakit.
Melihat keadaanku yang terbaring lemah di rumah sakit, mereka pun merasa menyesal dan menganggam tanganku erat- erat. Seluruh tubuhku seakan merasakan betapa hangatnya lengan ke dua orang tuaku, namun kesehatanku ini semakin harinya memburuk sehingga aku mengalami koma beberapa minggu. Seiring berjalannya waktu orang tuaku selalu menemani dan menggenggap erat- erat seakan tak ingin kehilanganku. Aku pun serasa ingin membukakan mataku dan ingin terbangun dari koma, seakan kehadiran orang tuaku menjadi penyemangatku untuk sadar dalam koma. Pikiranku seakan di penuhi dengan cahaya yang di mana cahaya itu berlukiskan photo keluargaku. Arah matahari pun menuju kedua mataku seakan aku silau dan membukakan kedua mataku ini. Melihat aku sudah siuman orang tuaku, sahabatku Sheylin seakan memelukku erat dan tak ingin kehilanganku. Sungguh kejadian yang ku alami saat ini memang anugrah yang sangat indah buatku, dan aku sangat bersyukur kepada yang maha kuasa karena aku mempunyai orang tua dan sahabat yang paling baik untukku.